Hallo! Selamat Datang di Blog Kelompok 2 Golongan A Mata Kuliah Fisiologi Benih Angkatan 2023 Cek Anggota!

Pengaruh Komposisi Biokimia Benih Terhadap Daya Simpan

Pengaruh Komposisi Biokimia Benih Terhadap Daya Simpan

Dosen Pengampu:

Putri Santika, S.ST.,M.Sc.
Dewi F. Sabiku, S.P..M.Si.
Dr. Ir. Rahmat Ali Syahban, M.Si.

Teknisi:

Prayitno S.P
Rina Siofiana S.ST

Anggota:

1. Siti Jamilatus Z (A41230468)

2. Wirdiyan Bagas K (A41230500)

3. Syaiyid Yusuf (A41230501)

4. Mirza Cahyo W (A41230518)

5. Ardi Firmansyah (A41230509)

6. Muhammad Sahar R (A41230526)

7. Tegar Firmansyah (A41230544)

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2024

BAB I PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Benih merupakan bahan tanam yang berupa bagian generatif ataupun vegetatif suatu tanaman. Benih yang berasal dari bagian generatif yaitu biji, yang berupa ovul masak yang telah dibuahi, berisi embrio dan endosperma yang dilindungi kulit benih (Sudrajat et al., 2017). Benih memiliki karakter yang berbeda-beda, tergantung dari jenis tanamannya.

Salah satu permasalahan pada usaha tersedianya benih yang bermutu tinggi ialah teknik penyimpanan benih. Benih yang dalam penyimpanan akan mengalami deteriorasi atau kemunduran dari mutunya dengan tanda kualitas yang turun, viabilitas dan vigor rendah serta pertanaman yang jelek dan hasil yang menurun (Taini et al., 2019). Deteriorasi atau kemunduran benih menjadi satu kendala pada penyimpanan dari suatu benih. Proses deteriorasi merupakan proses yang tidak dapat kembali, tidak bisa diberhentikan dan tidak bisa dihindari. Suatu benih memiliki daya simpan yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta genetik. Sehingga benih yang lama disimpan maka akan memengaruhi penurunan daya tumbuh benih. Suatu benih yang bervigor tinggi akan tahan di penyimpanan. Perkecambahan benih ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu pengaruh penyimpanan benih tersebut. Benih menghendaki teknik penyimpanan yang berbeda. Perbedaan ini salah satunya disebabkan oleh jenis benih tersebut.

Peningkatan jumlah dan mutu benih perlu diperhatikan untuk menjamin pengadaan bahan tanaman dalam program penanaman Peningkatan tersebut diantaranya adalah melalui waktu yang tepat dalam pengumpulan benih, penanganan benih yang baik dan benar serta penyimpanan yang aman. Terdapat dua hal yang berkaitan dengan proses kemunduran benih selama periode penyimpanan adalah kemunduran yang bersifat kronologis yang berkaitan dengan unsur waktu dan kemunduran fisiologis yang disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan.

Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menyebabkan perubahan menyeluruh di dalam benih baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih. Temperatur dan kelembaban yang tinggi di daerah tropika menyebabkan benih mengalami kemunduran yang cepat selama penyimpanan. Dengan demikian, penyimpanan merupakan aspek yang penting bagi benih rekalsitran untuk dapat mempertahankan viabilitasnya dalam kurun waktu tertentu.

Beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan antara lain suhu, kadar air benih, kelembaban relatif dan gas oksigen. Perubahan kondisi selama penyimpanan dapat menyebabkan perubahan laju respirasi. Laju respirasi terus meningkat bila suhu lingkungan meningkat sampai suatu saat lajunya dihambat karena terjadinya hal seperti inaktivasi enzim, kehabisan cadangan nutrisi atau oksigen atau karena karbondioksida terakumulasi, hingga mencapai tingkat yang menghambat.

1.2 Tujuan

Tujuannya dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dampak perubahan fisiologi dan biokimia benih dan mempertahankan daya berkecambah atau varietas benih selama penyimpanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Mutu fisiologis benih merupakan interaksi antara faktor genetic dengan lingkungan tumbuh dimana benih dihasilkan. Untuk memperoleh benih dengan mutu awal yang tinggi, lingkungan tanaman termasuk kesuburan tanah diusahakan pada kondisi optimal agar tanaman dapat menghasilkan benih dengan vigor yang tinggi.

Umumnya biji kedelai, jagung dan kacang tanah tidak tahan lama disimpan bila tidak dilakukan perlakuan penyimpanan. Selama dalam penyimpanan, benih mengalami proses kemunduran yang tidak dapat dihindari. Kualitas benih awal dalam penyimpanan sangat berpengaruh terhadap daya simpan benih. Namun demikian kualitas awal dari benih yang akan digunakan sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman selama dalam proses pertumbuhan, yang salah satu faktor yang sangat menentukan mutu benih adalah pupuk. Tanaman yang mengalami defisiensi satu atau lebih unsur hara akan menghambat tercapainya mutu fisiologis yang optimal (Suseno, 1975, dalam Saenong et al., 2007), disamping itu akan mempengaruhi komposisi kimia benih yang dapat menurunkan mutu benih yang dihasilkan.

Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur- anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985). Kemunduran benih kedelai, jagung dan kacang tanah, selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Egli dan Krony. 1996 cit. Viera et. al., 2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi. menjadi factor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Donald, 1985).

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan, yang diperungaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama. Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai, jagung dan kacang tanah dalam suhu kamar selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11%.

Menurut Harrington (1972), masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan.

BAB III METODOLOGI


3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Benih tentang Pengaruh Komposisi Biokimia Benih Terhadap Daya Simpan dilaksanakan pada hari Selasa, 3 September 2024 pada penyimpanan 0 bulan, tanggal 15 Oktober 2024 pada penyimpanan 1,5 bulan dan tanggal 26 November 2024 pada penyimpanan 3 bulan, Pukul 13.00-15.00 WIB. Di Laboratorium Teknologi Benih lantai 2, Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan

Alat

  1. Oven,
  2. Desikator,
  3. Grinder,
  4. Pisau,
  5. Telenan,
  6. Timbangan,
  7. Wadah plastik,
  8. Sealer,
  9. Atk.

Bahan

  1. Benih jagung,
  2. Benih kedelai,
  3. Benih kacang tanah,
  4. Platik kemasan,
  5. Kertas label,
  6. Pasir.

3.3 Prosedur Kerja

  1. Siapkan alat dan bahan,
  2. Menimbang ± 100 gram benih jagung, benih kedelai, benih kacang tanah,
  3. Setelah menimbang kemudian dikemas pada wadah plastik dengan kondisi kedap udara dan di sealer,
  4. Menyimpan benih pada ruangan dengan suhu dan kelembapan terkendali selama 3 bulan,
  5. Melakukan pengamatan pada sebelum simpan, penyimpanan 1,5 bulan dan penyimpanan selama 3 bulan dengan parameter :
  6. A. Kadar Air

    1. Menyiapkan alat dan bahan,
    2. Menghancurkan benih jagung dan kedelai menggunakan grinder dan kacang tanah menggunakan pisau,
    3. Menimbang cawan porselin kosong + tutup (M1) dan dicatat,
    4. Menambahkan benih sekitar 4,5 – 5 gram (M2) dan dicatat,
    5. Mengoven cawan yang sudah isi benih tersebut dengan suhu 130 - 133 C selama 1 jam,
    6. Setelah dioven masukkan pada desikator selama 10 -15 menit,
    7. Menimbang cawan + benih + tutup (M3) dan di catat,
    8. Menghitung perentase kadar air dengan rumus sebagai berikut :
    9. https://files.catbox.moe/1qqk14.png

    B. Uji Viabilitas dan Uji Vigor Benih

    1. Menyiapkan alat dan bahan,
    2. Menghancurkan benih jagunb. Menghitung benih sebanyak 50 butir dan diulang 2 kali,
    3. Menanam benih pada media pasir dan disiram,
    4. Mengamati uji viabilitas first count dan final count dengan tabel berikut :
    5. https://files.catbox.moe/rymrq7.png
    6. Mengamati uji vigor dengan paramaeter
      • KcT ( Kecepatan Tumbuh) diamati setiap hari diamati dari first count hingga final count,
      • KsT (Keserempakan Tumbuh) diamati pada hari antara first count dan final count.

    BAB IV HASIL DAN PEMABAHASAN


    4.1 Hasil dan Pembahasan

    Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kadar Air Benih Jagung pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/ha155q.png

    Berdasarkan standar SNI 01-4483-1998 tentang jagung bahan baku pakan, persyaratan mutu yang harus dipenuhi oleh jagung adalah memiliki kadar air sebesar 14%. Proses pengeringan merupakan satu-satunya cara untuk menurunkan kadar air jagung hingga mencapai standar, sehingga pengeringan menjadi bagian yang terpenting dalam memproduksi jagung berkualitas. Menurut Parajuli (2015) Kadar air biji jagung yang yang beredar di masyarakat rata-rata masih memiliki kadar air yang tinggi sehingga tidak bisa untuk dieksport ke luar Negri dan tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama, terutama dalam kebutuhan industri kadar air biji jagung maksimal 14%. Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang terutama bidang pertanian. Mutu jagung terutama ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air jagung, mutunya semakin rendah. Tingginya kadar air jagung dapat berakibat pada kerusakan jagung. Menurut Parajuli (2015) bahwa petani di pohuwato hanya mengeringkan jagung tanpa mengetahui kadar air sebelum dan sesudah dilakukan pengeringan sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas jagung yang dihasilkan. Pada tabel 4.1 jagung memiliki kadar air awal yang relatif stabil, sekitar 10,56% pada pengamatan awal, dan meningkat menjadi 11,25% setelah 3 bulan. Kadar air ini masih berada pada ambang batas aman untuk penyimpanan sehingga respirasi benih tetap terkendali.

    Tabel 4.2 Hasil Uji Viabilitas Benih Jagung pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/ys3bo0.png

    Uji viabilitas benih jagung pada periode penyimpanan yang berbeda menunjukkan perbedaan persentase kelangsungan hidup yang nyata. Pada penyimpanan 0 bulan pada Tabel 4.2, tingkat kelangsungan hidup benih jagung sangat tinggi dengan nilai rata-rata 96. Hal ini menunjukkan bahwa benih yang baru dipanen mempunyai kesegaran yang optimal dan potensi perkecambahan yang maksimal.

    Setelah penyimpanan 1,5 bulan, viabilitas benih mulai menurun dengan nilai rata-rata turun menjadi 86. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti kelembaban dan suhu penyimpanan, namun faktor tersebut kurang optimal dan dapat mempengaruhi kesehatan benih. Kondisi penyimpanan yang buruk dapat menurunkan kualitas benih dan mengurangi daya berkecambah.

    Setelah penyimpanan 3 bulan, nilai rata-rata kembali turun menjadi 94. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat kelangsungan hidup masih dalam kisaran yang dapat diterima, namun kehilangan kelangsungan hidup masih terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhinya meliputi kerusakan fisiologis benih seiring berjalannya waktu dan pengaruh lingkungan seperti cahaya dan kelembapan. Berkurangnya kelangsungan hidup juga disebabkan oleh sisa metabolisme di dalam benih, yang terjadi bahkan ketika benih tidak berkecambah. Faktor penyimpanan yang mempengaruhi viabilitas benih jagung antara lain suhu, kelembaban, dan lama penyimpanan. Pengelolaan dan penyimpanan yang tepat pada kondisi yang sesuai diperlukan untuk mempertahankan viabilitas benih dalam jangka waktu yang lama.

    Tabel 4.3 Hasil Uji Vigor pada Kecepatan Tumbuh Benih Jagung pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/xz69yf.jpg

    Hasil uji laju pertumbuhan benih jagung (Kct) menunjukkan bahwa penyimpanan 0 bulan menghasilkan laju pertumbuhan yang relatif lebih baik dibandingkan penyimpanan 1,5 bulan dan 3 bulan. Setelah penyimpanan 0 bulan, rata-rata Kct mencapai 5,67%. Hal ini menunjukkan bahwa benih masih mempunyai energi metabolik yang tinggi dan kondisi fisiologis yang optimal untuk perkecambahan. Namun setelah penyimpanan 1,5 bulan, rata-rata Kct menurun menjadi 2,58%. Penurunan ini disebabkan oleh proses kemunduran benih sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan cepat berkecambah benih. Setelah penyimpanan 3 bulan, rata-rata nilai Kct mengalami penurunan menjadi 0,21%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar benih mengalami penurunan viabilitas dan tidak mampu berkecambah dengan cepat.

    Faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan antara lain kondisi lingkungan penyimpanan seperti suhu dan kelembapan yang tidak ideal. Temperatur yang tinggi dapat meningkatkan respirasi benih dan menyebabkan penurunan penyimpanan energi benih. Selain itu, kelembapan yang tinggi selama penyimpanan dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme seperti jamur yang dapat merusak struktur benih. Menurut Copeland dan McDonald (2001), kemampuan benih untuk cepat berkecambah sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersimpan di dalam benih dan lingkungan penyimpanannya. Kondisi penyimpanan yang buruk menyebabkan penurunan kekuatan pohon, yang tercermin dalam penurunan Kct pada penyimpanan jangka panjang.

    Tabel 4.4 Hasil Uji Vigor pada Keserempakan Tumbuh Benih Jagung pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/z3a4b6.png

    Uji vigor Keserempakan Tumbuh (Kst) dalam benih jagung menerangkan bahwa penyimpanan 0 bulan membuat nilai Kst yg tertinggi dibandingkan menggunakan penyimpanan lainnya.Pada penyimpanan 0 bulan, homogen-homogen Kst mencapai 85%, yg menerangkan bahwa sebagian akbar benih bisa berkecambah secara seragam pada saat yg nisbi bersamaan.Namun, dalam penyimpanan 1,lima bulan, homogen-homogen Kst menurun sebagai 76%.Penurunan ini terjadi lantaran beberapa benih mengalami keterlambatan atau kegagalan berkecambah dampak proses fisiologis yg terganggu selama penyimpanan.Pada penyimpanan tiga bulan, homogen-homogen Kst sedikit semakin tinggi sebagai 86,lima%, tetapi nilai ini menerangkan variasi keserempakan yg lebih mini dibandingkan menggunakan penyimpanan 0 bulan.

    Faktor yg memengaruhi Kst mencakup keseragaman syarat benih sebelum penyimpanan, kadar air benih, & lingkungan penyimpanan.Benih yg kehilangan vigor cenderung berkecambah secara nir serempak, terutama bila syarat penyimpanan nir optimal.Menurut Harrington (1972), keserempakan tumbuh benih ditentukan sang faktor kelembapan & suhu selama penyimpanan.Benih yg disimpan dalam kelembapan rendah (pada bawah 50%) & suhu rendah (lebih kurang 10°C) cenderung mempunyai keserempakan tumbuh lebih baik dibandingkan menggunakan benih yg disimpan dalam syarat lingkungan yg lebih ekstrem.

    Tabel 4.5 Hasil Uji Kadar Air pada Benih Kedelai pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/09v9j1.png

    Benih kedelai meskipun tergolong kelompok ortodoks, dikenal sebagai benih berdaya simpan relatif pendek. Pada sistem penyimpanan terbuka, daya simpan benih kedelai dengan kadar air 11% hanya mencapai 3 bulan. Pada kondisi penyimpanan terkendali dengan suhu 18 oC dan kelembaban nisbi 65% daya simpannya dapat mencapai 6–9 bulan (Wirawan dan Wahyuni 2002). Kemunduran mutu benih secara cepat saat disimpan secara terbuka menjadi salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis (Sucahyono 2013). Untuk itu, perlu upaya pengembangan model simulasi vigor daya simpan benih kedelai. Pada tabel 4.5 Benih kedelai menunjukkan peningkatan kadar air yang lebih besar dibanding jagung, dari 12,46% pada awal penyimpanan menjadi 36,71% setelah 3 bulan. Peningkatan kadar air ini mengindikasikan sifat higroskopis yang lebih tinggi, sehingga benih lebih rentan terhadap pertumbuhan cendawan yang mempercepat kerusakan benih.

    Hubungan kadar air dengan daya simpan benih, dinyatakan dalam kaidah Harrington (1972) yaitu setiap penurunan kadar air benih satu persen akan meningkatkan daya simpan benih dua kali lipat. Sebaliknya, setiap peningkatan kadar air benih satu persen akan menurunkan daya simpan benih menjadi setengahnya. Kaidah ini berlaku untuk kisaran kadar air 5 sampai 14%. Pada kadar air kurang dari 5% akan terjadi kerusakan membran yang akan mempercepat kemunduran benih. Pada kadar air lebih dari 14% dapat mempercepat kemunduran benih karena meningkatnya respirasi, suhu dan kemungkinan adanya serangan cendawan (Copeland dan McDonald 1995).

    Tabel 4.6 Hasil Uji Viabilitas Benih Kedelai pada Penyimpanan 0 Simpan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/x2gcah.jpg

    Hasil uji viabilitas benih kedelai dalam tabel 4.6, terlihat bahwa saat penyimpanan memengaruhi secara signifikan kualitas daya kecambah benih. Pada penyimpanan 0 bulan, viabilitas benih memperlihatkan hasil yg optimal menggunakan homogen-homogen sebanyak 91%. Hal ini ditimbulkan sang syarat benih yg masih segar & belum mengalami penurunan kualitas dampak faktor lingkungan atau proses deteriorasi alami. Sebagian benih sanggup berkecambah secara normal (KN), menggunakan sedikit jumlah benih abnormal (AB) atau mati (BM). Namun, dalam penyimpanan 1,5 bulan viabilitas benih menurun drastis sampai homogen-homogen sebagai 36,5 %. Penurunan ini ditimbulkan sang meningkatnya jumlah benih abnormal & mati, yg ditimbulkan dampak lingkungan penyimpanan, misalnya suhu tinggi & kelembapan udara yg bisa memicu respirasi & pertumbuhan mikroorganisme. Penurunan kualitas ini semakin signifikan dalam penyimpanan tiga bulan, dimana homogen-viabilitas hanya mencapai 10%. Sebagian benih sudah mati, menggunakan sedikit yg masih berkecambah secara normal. Kerusakan ini memperlihatkan bahwa saat penyimpanan yg lebih lama, terutama dalam syarat yang ideal, meningkatkan kecepatan proses deteriorasi benih. Faktor primer yg memengaruhi viabilitas ini merupakan syarat lingkungan penyimpanan, termasuk suhu, kelembapan, & kadar air benih. Suhu yg tinggi meningkatkan kecepatan respirasi benih, yg mengakibatkan kerusakan jaringan benih, sedangkan kelembapan tinggi bisa memicu pertumbuhan fungi atau mikroorganisme yg merusak. Selain itu, kadar air benih yg tinggi jua berkontribusi terhadap akselerasi deteriorasi melalui peningkatan kegiatan metabolik. Faktor biologis misalnya agresi patogen jua memperburuk syarat benih selama penyimpanan. Pendapat ini sejalan menggunakan teori Harrington (1972), yg menyatakan bahwa suhu rendah & kelembapan rendah sangat krusial buat memperlambat proses deteriorasi benih selama penyimpanan.

    Tabel 4.7 Hasil Uji Vigor Kecepatan Tumbuh Benih Kedelai pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/v31chx.png

    Hasil uji vigor Kecepatan Tumbuh (Kct) pada benih kedelai menunjukkan bahwa penyimpanan memberikan pengaruh signifikan terhadap kecepatan pertumbuhannya. Pada penyimpanan tanpa waktu, yakni 0 bulan, rata-rata Kct benih kedelai mencapai 11,33%, yang merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan periode penyimpanan lainnya. Hal ini menandakan bahwa benih masih memiliki vigor yang tinggi, cadangan energi yang cukup, serta kondisi fisiologis yang optimal untuk berkecambah dengan cepat. Namun, setelah disimpan selama 1,5 bulan, rata-rata Kct mengalami penurunan drastis hingga menjadi 1,75%. Penurunan ini disebabkan oleh proses deteriorasi yang menyebabkan kerusakan pada jaringan benih, sehingga menghambat kemampuan perkecambahan. Pada penyimpanan selama 3 bulan, rata-rata Kct semakin menurun menjadi 1,12%, yang mencerminkan bahwa sebagian besar benih telah kehilangan vigor dan mengalami kesulitan untuk berkecambah dengan cepat.

    Faktor-faktor yang memengaruhi Kct mencakup kondisi lingkungan selama penyimpanan, seperti suhu, kelembapan, dan kadar air benih. Suhu yang tinggi dapat meningkatkan aktivitas metabolisme, yang dapat menyebabkan cadangan energi benih habis sebelum proses perkecambahan selesai. Selain itu, kelembapan tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme yang merusak benih. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Copeland dan McDonald (2001), terdapat hubungan erat antara kecepatan tumbuh benih dan vigor benih. Benih yang disimpan dalam kondisi suhu dan kelembapan yang optimal menunjukkan tingkat kecepatan tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang disimpan dalam kondisi lingkungan yang tidak baik. Pendapat ini juga diperkuat oleh Harrington (1972), yang menyatakan bahwa penyimpanan pada suhu rendah dapat memperlambat penurunan vigor dan memperpanjang masa simpan benih.

    Tabel 4.8 Hasil Uji Vigor Keserempakan Tumbuh Benih Kedelai pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/s8xxl0.png

    Hasil pengujian keserempakan tumbuh (Kst) menunjukkan bahwa kondisi penyimpanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keserempakan perkecambahan biji kedelai. Pada penyimpanan selama 0 bulan, rata-rata Kst mencapai 93%, yang berarti hampir semua biji berkecambah secara serempak dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh vigor biji yang masih tinggi dan kondisi fisiologis yang stabil. Namun, setelah penyimpanan selama 1,5 bulan, rata-rata Kst menurun menjadi 75,5%, menandakan adanya ketidakserempakan pada proses perkecambahan akibat penurunan vigor. Selanjutnya, pada penyimpanan selama 3 bulan, nilai Kst semakin menurun hingga mencapai 54,5%, yang menunjukkan kehilangan kemampuan biji untuk berkecambah dengan serempak.

    Beberapa faktor yang memengaruhi Kst antara lain kadar air biji, viabilitas, dan kondisi lingkungan penyimpanan. Biji dengan kadar air yang tinggi lebih rentan terhadap kerusakan selama proses penyimpanan, terutama pada suhu dan kelembapan yang tinggi. Selain itu, ketidakseimbangan fisiologis akibat proses deteriorasi menyebabkan sebagian biji memerlukan waktu lebih lama untuk berkecambah. Menurut Harrington (1972), keserempakan tumbuh sangat dipengaruhi oleh vigor dan viabilitas biji, serta kondisi penyimpanan. Biji yang disimpan pada kelembapan rendah (di bawah 50%) dan suhu yang rendah (sekitar 10°C) cenderung menunjukkan keserempakan tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan biji yang disimpan dalam kondisi yang tidak optimal.

    Tabel 4.9 Hasil Uji Kadar Air Benih Kacang Tanah pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/ypbn01.png

    Hasil pengujian kadar air (KA) benih kacang tanah menunjukkan adanya perubahan signifikan selama periode penyimpanan, seperti yang tercantum dalam Tabel 4. 9. Pada awal penyimpanan (0 bulan), kadar air rata-rata benih tercatat sebesar 6,16%, yang masih berada dalam batas aman untuk penyimpanan. Namun, setelah 1,5 bulan, kadar air meningkat menjadi 6,6%, menandakan adanya sedikit penyerapan uap air dari lingkungan sekitar.

    Selanjutnya, pada penyimpanan 3 bulan, kadar air melonjak tajam menjadi 19,62%. Peningkatan ini menunjukkan sifat higroskopis yang lebih tinggi, membuat benih lebih rentan terhadap pertumbuhan jamur yang dapat mempercepat kerusakannya. Kenaikan kadar air ini dipicu oleh kelembapan udara yang tinggi selama penyimpanan, khususnya jika benih disimpan di tempat yang tidak memiliki pengendalian lingkungan yang baik, seperti suhu dan kelembapan.

    Selain itu, jenis kemasan yang digunakan juga berperan penting; kemasan yang tidak kedap udara memungkinkan benih bersentuhan langsung dengan udara lembap, sehingga meningkatkan kadar air. Fluktuasi suhu selama penyimpanan juga dapat mempercepat proses penyerapan kelembapan oleh benih. Tingginya kadar air ini berdampak negatif karena dapat memicu aktivitas mikroorganisme, seperti jamur, yang dapat merusak kualitas benih. Faktor utama yang berkontribusi adalah kandungan protein yang tinggi pada kedelai, yang membuat benih lebih rentan terhadap denaturasi saat disimpan dalam keadaan kelembapan tinggi (Egli dan Krony, 1996).

    Tabel 4.10 Hasil Uji Viabilitas Benih Kacang Tanah pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/nex949.png

    Berdasarkan data yang terdapat dalam Tabel 4.10, terlihat bahwa viabilitas benih kacang tanah mengalami penurunan yang signifikan selama periode penyimpanan. Pada awal penyimpanan, yaitu nol bulan, viabilitas benih masih dalam kondisi sangat baik dengan tingkat kecambah normal (KN) mencapai 95%. Hal ini menunjukkan bahwa benih tersebut memiliki kualitas awal yang tinggi. Namun, setelah disimpan selama 1,5 bulan, viabilitasnya turun menjadi 82,5%. Penurunan ini menjadi lebih drastis setelah tiga bulan penyimpanan, di mana viabilitas benih hanya tersisa 47,5%.

    Penurunan viabilitas ini erat kaitannya dengan peningkatan kadar air benih yang signifikan, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4. 9. Kadar air yang tinggi mempercepat kerusakan fisiologis pada benih, yang meliputi degradasi enzim dan struktur membran sel, sehingga mengurangi kemampuan benih untuk berkecambah. Selain itu, kelembapan yang tinggi selama penyimpanan menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur, yang dapat merusak struktur dan fungsi benih.

    Fluktuasi suhu lingkungan juga turut mempercepat proses respirasi benih, mengakibatkan cadangan energi di dalamnya cepat habis. Kombinasi dari semua faktor ini berkontribusi pada deteriorasi benih yang terus menerus. Oleh karena itu, untuk menjaga viabilitas benih selama masa penyimpanan, pengelolaan lingkungan yang baik sangatlah diperlukan. Upaya seperti penggunaan ruang penyimpanan dengan suhu rendah, pengendalian kelembapan, serta penerapan kemasan kedap udara untuk mencegah kontak langsung dengan udara lembap dapat membantu mencegah penurunan kualitas. Jika tidak dikelola dengan optimal, kualitas benih akan menurun tajam seiring berjalannya waktu, yang pada akhirnya berdampak negatif pada produktivitas kacang tanah.

    Tabel 4.11 Hasil Uji Vigor Kecepatan Tumbuh Benih Kacang Tanah pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/nex949.png

    Hasil uji vigor kecepatan tumbuh (KcT) benih kacang tanah menunjukkan adanya penurunan yang signifikan selama periode penyimpanan. Pada awal penyimpanan, yakni pada bulan pertama, rata-rata kecepatan tumbuh mencapai tingkat yang tinggi dengan nilai KcT sebesar 8,83%, yang mencerminkan kemampuan benih untuk berkecambah dengan cepat. Namun, setelah 1,5 bulan penyimpanan, nilai KcT menurun menjadi 5,83%, mengindikasikan bahwa kemampuan benih untuk berkecambah dalam waktu singkat mulai berkurang. Penurunan ini semakin jelas pada penyimpanan selama 3 bulan, di mana rata-rata nilai KcT hanya mencapai 1,42%.

    Faktor utama yang menyebabkan penurunan kecepatan tumbuh ini adalah degradasi kondisi fisiologis benih seiring berjalannya waktu. Peningkatan kelembapan benih yang terukur (seperti terlihat pada Tabel 4. 9) berdampak pada metabolisme benih, mempercepat proses respirasi, dan mengurangi cadangan energi yang diperlukan untuk perkecambahan yang optimal. Selain itu, peningkatan kadar air juga menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat merusak jaringan benih. Suhu dan kelembapan ruang penyimpanan yang tidak terjaga lebih lanjut mempercepat penurunan vigor, karena mempercepat reaksi biokimia yang merusak membran sel serta enzim-enzim krusial dalam benih. Oleh sebab itu, penurunan nilai KcT disebabkan oleh kombinasi kelembapan tinggi, suhu yang fluktuatif, dan durasi penyimpanan yang memicu kerusakan fisiologis pada benih.

    Tabel 4.12 Hasil Uji Vigor Keserempakan Tumbuh Benih Kedelai pada Penyimpanan 0 Bulan, Penyimpanan 1,5 Bulan dan Penyimpanan 3 Bulan
    https://files.catbox.moe/nex949.png

    Hasil uji vigor keserempakan tumbuh (KsT) dari benih kacang tanah menunjukkan adanya penurunan seiring dengan waktu penyimpanan. Pada awal penyimpanan, yaitu di bulan ke-0, nilai rata-rata KsT mencapai 46%, yang mencerminkan tingkat keserempakan tumbuh yang baik, di mana sebagian besar benih berhasil berkecambah dalam waktu bersamaan. Namun, setelah penyimpanan selama 1,5 bulan, nilai KsT mengalami penurunan yang drastis menjadi hanya 16%. Selanjutnya, pada penyimpanan selama 3 bulan, nilai rata-rata KsT semakin merosot hingga tersisa 10%.

    Penurunan keserempakan tumbuh ini erat kaitannya dengan berkurangnya viabilitas benih (Tabel 4. 10). Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan fisiologis yang terjadi pada benih selama proses penyimpanan, termasuk kerusakan enzim dan membran sel yang memiliki peranan penting dalam proses perkecambahan. Kelembapan yang meningkat selama penyimpanan dapat memperlambat proses perkecambahan pada beberapa benih, bahkan menyebabkan kegagalan dalam proses tersebut akibat aktivitas mikroorganisme yang merusak jaringan benih. Selain itu, fluktuasi suhu dan kelembapan selama penyimpanan juga dapat memperburuk kondisi, menyebabkan benih kehilangan keserempakan dalam memulai proses perkecambahan. Dengan demikian, kondisi penyimpanan yang tidak ideal menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan nilai KsT, dan berkontribusi terhadap penurunan kualitas benih secara keseluruhan.

    BAB V PENUTUP


    5.1 Kesimpulan

    Benih adalah komponen krusial dalam pertanian, dan kualitasnya yang tinggi sangat diperlukan untuk memastikan pertumbuhan yang optimal serta hasil panen yang melimpah. Namun, kualitas benih dapat menurun selama proses penyimpanan, dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam benih itu sendiri maupun dari lingkungan sekitar.

    Faktor internal meliputi sifat genetik benih, kadar air, serta daya tumbuh awalnya, sedangkan faktor eksternal mencakup suhu, kelembaban, komposisi gas, dan jenis kemasan yang digunakan. Selama penyimpanan, kadar air benih dapat meningkat karena sifat higroskopisnya, yang berpotensi mempercepat kerusakan akibat pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu, viabilitas dan vigor benih juga cenderung menurun, terlihat dari penurunan daya tumbuh serta kecepatan dan keserempakan perkecambahan. Penurunan ini berlangsung lebih cepat di kondisi penyimpanan yang tidak terjaga dengan baik.

    Dengan demikian, penting untuk menerapkan metode penyimpanan yang baik dengan kadar air dan suhu yang rendah serta kelembaban yang terkontrol untuk menjaga kualitas benih. Teknik penyimpanan yang tepat dapat memperpanjang viabilitas dan vigor benih, khususnya bagi benih dengan daya simpan yang pendek, seperti kedelai, sehingga mendukung keberhasilan dalam budidaya tanaman.

    5.2 Saran

    Praktikum ini sudah dilaksanakan dengan baik, dengan fasilitas yang lengkap dan pengelolaan waktu yang efisien. Namun, untuk praktikum selanjutnya, disarankan untuk lebih teliti dalam melaksanakan dan perhitungan. Selain itu, pengayaan materi dapat mendukung pemahaman yang lebih mendalam terhadap konsep yang dipelajari.

    DAFTAR PUSTAKA


    Copeland and McDonald. 1995. Seed Science and Technology. Washington. Chapman and Hall. Thomson Publ.
    Harrington, J.F. 1972. Seed Storage and Longevity. In Kozlowski T.T. (Ed). Seed Biology. Vol III. New York. Acad. Press.
    Parajuli, Rahim. 2016. Pengaruh waktu Pengeringan terhadap Laju Penurunan Kadar Air dan Berat Jagung Hibrida (Zea mays l.). Skripsi Universtas Ichsan Gorontalo. Gorontalo.
    Sucahyono, D. 2013. Inigorasi benih kedelai. Bul Palawija, 25-2013 : 18–25. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
    Sudrajat, Dede J et al. 2017. Karakteristik Dan Prinsip Penanganan Benih Tanaman Hutan Berwatak Intermediet Dan Rekalsitran. eds. Iskandar Siregar and Nina Mindawati. Bogor: IPB Press.
    Taini, Zulfa Fauziyyah, Rahmad Suhartanto, and Ahmad Zamzami. 2019. “Pemanfaatan Alat Pengusangan Cepat Menggunakan Etanol Untuk Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Jagung (Zea Mays L.).” Buletin Agrohorti 7(2): 230–37.
    Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. 120 hlm.

    LAMPIRAN


Posting Komentar

Cookie Consent
Kami menyajikan cookie di situs ini untuk menganalisis lalu lintas, mengingat preferensi Anda, dan mengoptimalkan pengalaman Anda.
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internet kamu. Harap sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Detected!
Kami telah mendeteksi bahwa Anda menggunakan plugin pemblokiran iklan di browser Anda.
Pendapatan yang kami peroleh dari iklan digunakan untuk mengelola situs web ini, kami meminta Anda untuk memasukkan situs web kami ke dalam daftar putih plugin pemblokiran iklan Anda.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.